Thank You 2019: Dari Struggle Lulus Kuliah sampai Lolos Beasiswa LPDP
Hi, it's me again, hehe, setelah nggak ngepost hampir setahun, hehe.
Tiba-tiba sudah tahun baru lagi, dan akhirnya di tahun ini ada beberapa hal yang terupgrade sekaligus.
Dimulai dengan awal tahun yang dipenuhi dengan ketidakpastian dan banyak pikiran karena skripsiku stuck sampai sempat berpikiran kalau mungkin aku bakal nambah satu atau dua semester lagi sampai tiba-tiba aku dapet kerjaan dan malah sekalian dapet beasiswa buat lanjutin S2.
Tahun ini diawali dengan aku yang pusing dan bingung banget karena skripsiku bermasalah. Padahal waktu itu aku masuk salah satu mahasiswa yang mulai penelitian duluan dan diminta sama kaprodi--yang waktu itu adalah pembimbing akademik sendiri--untuk sidang akhir bulan Maret 2019. Pusing banget karena setelah KKN akhir tahun 2018 penelitianku terlihat lancar-lancar aja. Bahkan, temen-temenku juga bisa menebak kalau aku bisa jadi orang yang pertama seminar hasil di angkatanku.
Tahun ini diawali dengan aku yang pusing dan bingung banget karena skripsiku bermasalah. Padahal waktu itu aku masuk salah satu mahasiswa yang mulai penelitian duluan dan diminta sama kaprodi--yang waktu itu adalah pembimbing akademik sendiri--untuk sidang akhir bulan Maret 2019. Pusing banget karena setelah KKN akhir tahun 2018 penelitianku terlihat lancar-lancar aja. Bahkan, temen-temenku juga bisa menebak kalau aku bisa jadi orang yang pertama seminar hasil di angkatanku.
Tapi semuanya hilang waktu awal Januari 2019 tiba-tiba objek penelitianku rusak dan nggak tau apa sebabnya--soalnya waktu itu objek penelitian yang dipakai adalah hasil tugas akhir anak D3 dan semua komponennya udah nggak ada data sheetnya. Semua kemungkinan udah coba dilakukan, dari ngontak anak D3-nya, minta tolong asisten lab, sampai masukin barang ke bengkel yang akhirnya bengkel bilang kalau udah nggak bisa dibenerin karena komponennya udah kebakar. Akhirnya aku dan temen-temen satu penelitianku beli barang baru. Barang baru berarti harus setting semuanya dari awal lagi, yang itu makan waktu hampir satu bulan. Belum lagi ada beberapa komponen baru yang ditambahin yang juga makan waktu sekitar dua bulan. Pusing banget deh waktu itu karena setiap hari udah ditanyain sama kaprodi dan seolah udah kehilangan kepercayaan dari kaprodiku lagi.
Di tengah-tengah pusing itu aku masih sempetin beberapa kali ketemu dosenku yang menawarkan diri buat membuka konsultasi untuk para mahasiswa yang mau lanjut S2 ke luar negeri. Jujur aja, selama awal kuliah sampai hampir tahun terakhir aku nggak pernah kepikiran buat lanjut S2. Sama sekali. Tapi tiba-tiba waktu itu aku ada tugas jadi MC konferensi internasional sama satu orang adik tingkat, dan kita dibimbing sama dosen tadi, terus adik tingkatku yang pertama nanyain tentang perwakilan dari NTU bakal ada yang hadir atau enggak di konferensi itu. Dia bilang dia pengen lanjut kuliah di NTU. Kalimat dia justru memancing minatku buat lanjutin S2 juga, ke Singapura, terutama NTU, karena dulu waktu awal banget kuliah aku sempet pengen pindah dan coba tes masuk NTU. Akhirnya sejak saat itu aku cari informasi soal NTU dan rajin konsultasi ke dosenku.
Masih di awal tahun, aku lebih banyak searching soal S2 di Singapura dan Malaysia, dan keduanya mensyaratkan English proficiency untuk mahasiswa internasional. Aku rasa waktu itu aku udah baca persyaratan beberapa universitas dan hampir semuanya menerima TOEFL. Jadilah aku memutuskan buat ikut tes TOEFL bulan Maret. Aku belum pernah ikut TOEFL sebelumnya, nggak pernah les buat persiapan dan nggak pernah ikut simulationnya. Aku cuma belajar dari buku yang aku beli di gramed, dan aku belajar beneran karena aku nggak berani minta uang buat les TOEFL waktu itu, soalnya udah banyak minta buat keperluan skripsi dan tes TOEFLnya sendiri. Akhirnya, aku punya English proficiency. Waktu itu sempat sangat kecewa, karena nilainya nggak masuk nilai minimum buat lanjut S2 ke Malaysia, apalagi Singapura. Aku sempat berpikiran buat ikut tes TOEFL lagi supaya dapat nilai lebih tinggi, tapi nyelesaiin skripsi kembali jadi prioritas utama waktu itu.
Setelah objek skripsiku udah bener, proses pengambilan data dimulai dan masih aja ada masalah. Waktu itu Juni 2019, dan aku udah hopeless banget karena objek penelitianku nggak bisa jalan lagi. Akhirnya aku ganti judul dengan pakai data yang udah aku ambil, bedanya jadi ditambah simulasi karena data yang bisa aku olah agak terbatas. Karena semester 8 hampir selesai, aku bener-bener ngebut ngerjain simulasi dan nyelesaiin penulisan. Akhirnya aku bisa seminar hasil bulan Juni. Tapi ada masalah dengan simulasi yang aku kerjakan sampai aku baru bisa sidang mepet banget dengan pembayaran UKT. Jujur aja, yang bikin aku cepet-cepet pengen nyelesaiin kuliah bukan karena pengen lulus 4 tahun, tapi karena aku harus biayain kuliah dan biaya hidup sendiri setelah semester 8, itu perjanjian dari orang tuaku yang udah diterapkan sejak kakakku kuliah. Jadi aku bersyukur banget-banget karena bisa sidang akhir tanpa harus bayar UKT semester 9.
Setelah selesai sidang dan selesai revisian, aku bener-bener ngebut untuk dapat slot wisuda bulan Agustus, karena slot wisuda di kampusku dibatasin tiap periodenya. Aku bener-bener nyelesaiin revisi skripsi kurang dari seminggu dan langsung ngumpulin semua dokumen untuk daftar wisuda. Tapi aku tetep telat, dan rasanya sedih banget, karena aku jadi nggak bisa wisuda bareng orang-orang yang dulu diminta untuk lulus awal bareng aku. Di antara orang-orang itu, cuma aku yang nggak wisuda bulan Agustus.
Tapi aku bener-bener mencoba buat biasa aja, karena toh tinggal wisuda. Untungnya orang-orang deketku juga menghibur dengan bilang kalau wisuda bisa kapan aja, yang penting sudah sidang akhir. Aku tetap daftar wisuda dan dapat slot untuk wisuda Oktober.
Jadilah aku siap-siap untuk gabut selama bulan Agustus sampai Oktober. Tapi sebenernya nggak terlalu gabut karena dosenku masih minta aku untuk ngurus LPJ penelitian. Aku juga iseng-iseng daftar kerjaan di perusahaan dekat rumah. Aku terusin searching soal S2 dan waktu itu agak kesal karena ternyata untuk nerusin S2 ke Singapura, mereka nggak nerima TOEFL ITP dari international student, mereka cuma nerima TOEFL iBT dan IELTS. Ternyata dulu yang aku baca adalah requirements buat mahasiswa lokal.
Di tengah-tengah cari informasi soal IELTS dan ngurus LPJ penelitian, aku ternyata dapat panggilan wawancara di perusahaan yang aku daftar. Aku datang wawancara, dan memang susah, tapi aku merasa aku tetap bisa jawab hal-hal dasar mengenai kerjaannya. Waktu itu aku daftar di bagian Research&Development Electronics Engineer. Ternyata, seminggu setelah wawancara, aku dikabarin kalau nggak lolos. Padahal aku kira interview kerja nggak akan bahas teori se-serius itu. Aku kira interview kerja lebih ditekankan pada gimana kepribadian dan pengalaman berorganisasiku. Pas masih agak sedih karena nggak lolos, aku dapat telfon dari perusahaan itu yang bilang kalau mereka butuh orang buat divisi lain dan kalau aku mau mereka mau ngundang aku interview lagi. Akhirnya aku datang interview kedua dan langsung dinyatakan lolos di hari yang sama. Aku interview hari Jumat dan langsung masuk kerja hari Senin, di divisi Quality Assurance.
Akhirnya, aku resmi kerja satu bulan setelah aku sidang akhir. Setelah masuk kerja, aku sebenernya tetep pengen lanjut S2, dengan rencana aku ngumpulin uang untuk IELTS sambil persiapan dengan latihan soal dan mulai ngirim email ke professor-professor di Singapura. Tapi, informasi soal beasiswa LPDP batch 2 tahun ini bener-bener muncul terus dan bikin aku jadi kepikiran terus. Deadline beasiswanya masih sekitar satu bulan, dan aku akhirnya baca-baca persyaratannya. Persyaratan yang bikin aku agak ragu buat daftar batch 2 tahun ini adalah untuk beasiswa ke luar negeri, English proficiency yang diterima adalah TOEFL iBT dan IELTS. TOEFL ITP cuma diterima untuk beasiswa dalam negeri. Di tengah ragu-ragu, aku masih ngumpulin syarat-syarat lain, seperti surat keterangan dari rumah sakit dan surat rekomendasi. Aku masih ragu-ragu banget di hari terakhir pendaftaran LPDP, sampai akhirnya aku memutuskan buat tetap daftar karena aku takut banget bakal menyesal kalau nggak daftar. Kita akan lebih menyesali hal yang nggak kita lakukan daripada hal-hal yang sudah kita lakukan tapi gagal, iya 'kan? Dengan persyaratan yang aku punya, aku daftar untuk beasiswa dalam negeri, bener-bener di menit terakhir pendaftaran.
Setelah daftar, aku sebenarnya nggak berharap banyak, karena aku submit pendaftaran di menit-menit akhir dan ada beberapa dokumen yang aku rasa masih banyak kekurangannya. Aku sibuk kerja dan masih cari info soal IELTS dan S2 luar negeri. Sampai ada email notifikasi kalau pengumuman seleksi administrasi LPDP sudah bisa dilihat di akun masing-masing. Aku nggak terlalu excited waktu itu, karena jujur banget aku memang nggak terlalu berharap. Baru malem-malem waktu mau tidur aku buka akun pendaftaranku, dan ternyata aku lolos ke tahap selanjutnya. Aku kaget banget dong. Setelah itu, aku pikir ini mungkin jalan buat aku. Aku dikasih lolos tahap pertama LPDP dan setelah itu aku harus menjalani sisa tahapan seleksi dengan sungguh-sungguh.
Desember kemarin, akhirnya pengumuman seleksi substansi LPDP yang jadi tahap seleksi terkahir. Aku bener-bener deg-degan banget dan berharap banget, tapi aku juga bener-bener mempersiapkan diri kalau aku nggak lolos, ya berarti aku harus balik ngejar IELTS dan daftar tahun depan. Waktu aku buka akun pendaftaran, ternyata aku lolos. Walaupun kampus tujuannya bukan kampus yang dari awal aku pengen banget, dan bahkan yang awalnya aku pengen lanjutin ke luar negeri jadinya tetap ngampus di negeri sendiri. Aku bersyukur banget. Aku, yang sampai pertengahan tahun kemarin bingung dan pusing dan khawatir bakal extend satu semester karena skripsi terus-terusan bermasalah, di akhir tahun justru jadi calon awardee LPDP. Lucu banget nggak sih hidup ini tuh.
Karena banyak hal itu tadi, aku bener-bener merasa bersyukur dikasih banyak kesulitan yang diikuti dengan berkah-berkah yang aku nggak pernah kira sebelumnya. Tahun 2019 bener-bener dikasih tau gimana caranya buat pasrah dan ikhlas, dengan tetap bersyukur karena masih dikasih dengan banyak hal baik. Bener-bener dikasih lihat kalau setiap kesempatan yang datang harus diambil dan jangan pernah disia-siakan.
Aku nulis post ini karena aku pengen banget balik rajin nulis lagi. Semoga sih aku bisa jadi rutin ngepost paling enggak satu bulan satu post. Mungkin setelah ini aku bakal sharing soal tahap-tahap seleksi LPDP.
See you!
See you!
***
Komentar
Posting Komentar