Yang Pernah Kamu Semogakan sampai Kamu Sendiri Lupa Apa II : Selangkah Lagi Jadi Awardee LPDP

Aku masih ingat 2017 lalu pernah nulis di blog dengan judul Yang Pernah Kamu Semogakan sampai Kamu Sendiri Lupa Apa. Tulisan soal beberapa hal yang dulu aku pengen banget tapi aku nggak pernah mendapatkan hal itu, sampai akhirnya hidup jalan terus dan aku lupa sama sekali kalau aku pernah berharap punya hal-hal itu, tiba-tiba hal-hal yang terlupakan tadi aku dapatkan di suatu hari yang random.

Sama halnya kayak rentetan proses seleksi LPDP yang akhir tahun lalu jadi pikiran utamaku banget. Dulu, waktu masih awal kuliah, aku sempat pengen banget satu hari nanti jadi penerima beasiswa LPDP, sampai cari semua persyaratannya dan langsung down waktu ngobrol sama salah satu teman di organisasi kalau untuk dapat beasiswa LPDP grafik IP kita harus naik terus, nggak bisa naik-turun. Akhirnya aku kuburlah keinginan itu, sampai waktu lulus kuliah satu semester lalu pun aku nggak kepikiran sama sekali untuk daftar seleksi LPDP.

Aku akhirnya malah daftar kerja, padahal sebelum lulus cukup kekeuh untuk langsung lanjutin S2, karena kalau udah kerja takutnya keinginan buat lanjut sekolah hilang. Setelah aku masuk kerja, aku selalu ngingetin diri sendiri kalau tahun depan aku harus punya sertifikat IELTS buat daftar NTU. Sayangnya (kalau hal ini pantas buat disayangkan-tapi sih kayaknya enggak haha), aku selalu lihat pengumuman soal beasiswa LPDP. Beberapa kali aku nggak menggubris pengumuman seleksinya yang akan ditutup dua mingguan lagi. Sampai akhirnya di satu minggu terakhir aku berubah pikiran. Aku jadinya cari dan bikin semua dokumen yang dibutuhkan dan daftar.

Aku kira aku nggak akan lolos di administrasi, karena semuanya aku siapin serba mendadak. Lagian, aku juga nggak akan sedih banget kalau nggak lolos administrasi karena tujuan awalku daftar supaya aku nggak menyesal nantinya karena aku nggak daftar sama sekali. Tapi ternyata aku lolos, bahkan sampai tahap wawancara.

Seminggu menjelang seleksi wawancara, aku benar-benar penuh pikiran. Bahkan beberapa mimpiku berkaitan sama seleksi wawancaranya. Aku berulang kali ngingetin diri sendiri supaya jangan kecewa dan sedih kalau nantinya gugur di wawancara, karena pengalaman aku daftar beberapa beasiswa yang cukup besar waktu kuliah dulu, aku selalu sampai di tahap wawancara dan berhenti di situ. Jadi, sambil terus baca-baca pengalaman orang-orang yang udah lolos wawancara LPDP, aku tetap ngingetin diri sendiri kalau masih banyak peluang selain LPDP.

Akhirnya hari-H wawancara dan aku berangkat jam 04.00 subuh ke Gedung Keuangan Negara di Jogja. Sampai di lokasi wawancara, ternyata aku orang yang pertama datang. Petugasnya baru mau buka pintu ruang verifikasi dokumen (yang juga akan jadi ruang tunggu dari satu tahap ke tahap lainnya) dan mempersilakan aku masuk.

Ruangannya semacam hall yang udah penuh kursi untuk peserta wawancara, ada meja setelah pintu untuk absen dengan scan barcode yang ada di kartu peserta, dan satu meja panjang di depan tempat duduk peserta yang dilengkapi dengan tiga kursi buat tempat verifikasi dokumen. Jadi seluruh dokumen yang dipakai saat pendaftaran harus dibawa, harus sama dengan dokumen yang diupload di tahap administrasi dan harus asli. Setelah semua dokumen dicek, kita akan dapat stempel verified di checklist dokumen dan surat pernyataan peserta. Simpan baik-baik dokumen yang distempel, karena itu nanti akan dikumpulkan lagi kalau kita lolos seleksi.

Verifikasi dokumen adalah tahap pertama. Tahap selanjutnya adalah Wawancara 1 dan Wawancara 2, yang jadwalnya bisa dibolak-balik, bisa Wawancara 1 baru Wawancara 2 dan sebaliknya, tapi verifikasi dokumen selalu jadi tahap pertama. Beberapa orang yang aku kenal di sana udah lolos verifikasi dokumen di hari sebelumnya dan mereka datang buat nerusin tahapan seleksi. Untung banget aku dapat jadwal di satu hari yang sama, jadi nggak perlu bolak-balik Jogja.

Setelah verifikasi dokumen, aku nunggu panggilan untuk Wawancara 1. Di tahap ini, kita diwawancara sama tiga orang dan ditanyain banyak hal seputar latar belakang, rencana studi dan motivasi-motivasi. Sementara Wawancara 2 cuma dihadapkan sama 1 orang pewawancara dan ditanyain seputar kenegaraan, aku kemarin banyak diminta tanggapan pribadi soal topik-topik yang lagi diberitakan.

Setelah seluruh tahap selesai, aku langsung pulang, berusaha buat nggak mikirin beberapa kesalahan waktu wawancara dan berdoa terus supaya dikasih yang terbaik.

Aku udah mulai cari alternatif beasiswa lain buat menenangkan diri sendiri aja kalau-kalau ternyata aku nggak lolos seleksi. Pengumuman hasil seleksinya sempet diundur, tapi begitu pengumumannya udah keluar, aku nunggu pulang kerja untuk buka pengumumannya di rumah aja, takutnya kalau ternyata nggak lolos aku malah jadi nggak maksimal kerja. Setelah aku buka, ternyata aku lolos seleksi substansi, rasanya...gimana aku juga nggak bisa deskripsiin. Yang jelas senang banget, seingetku aku juga nangis dikit, dan berulang kali bersyukur.

Memang sih aku nggak jadi S2 di NTU, tapi mungkin memang jalan yang dikasih bakal lebih baik kalau aku lanjut belajar di UGM. Pengalaman ini bikin aku sadar kalau memang selama ini kurang bersyukur. Aku sering merasa nggak ada motivasi dan nggak punya pencapaian karena terus-terusan melihat ke arah yang beda. Coba deh kalau sekarang aku menganggap aku berhasil hanya-jika aku bisa kuliah di NTU, dapat beasiswa segede LPDP pun aku mungkin nggak akan senang. Tapi untung banget aku dihadapkan dengan banyak hal setelah lulus, jadi aku sangat sangat bersyukur aku bisa sampai di mana aku sekarang, dan nggak sabar banget buat nungguin hal-hal yang akan datang.

Semoga pandemi segera berlalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kilas Balik 2017

Semeja Bar and Kitchen: Steak Pasar Salatiga