Ambarawa: Kecamatan Rasa Kota Wisata

Museum Kereta Api Ambarawa


Mungkin, sebagian besar dari kamu belum tahu apa itu Ambarawa, itu kota/kabupaten/kecamatan dan letaknya di mana. Kamu yang sering pergi ngelewatin jalan Solo-Semarang mungkin udah nggak asing dengan nama Ambarawa. Dulu, bahkan, aku yang orang asli Salatiga (which is super deket sama kawasan ini) mengira kalau Ambarawa adalah kota, hehe. Ternyata enggak, guys! Ambarawa adalah kecamatan, masih jadi bagian dari Kabupaten Semarang.

Walaupun cuma kecamatan, ada cukup banyak tempat yang bisa dikunjungi buat sekedar jalan-jalan hunting foto, atau bahkan buat wisata bersejarahnya. Wilayahnya cukup gede buat dikelilingin, makanya dulu aku kira ini adalah sebuah kota perbatasan (sama kayak Salatiga gitu). Ternyata enggak. Hehe.

Nah, seperti yang aku bilang tadi, di kecamatan ini ada cukup banyak destinasi wisata yang bisa dikunjungi. Dua di antaranya akan aku bahas di sini ~

Jadi, perjalanan kali ini nggak direncakana sama sekali. Minggu kemarin, Bima (seseorang dari kampus), tiba-tiba pengen main ke Salatiga. Aku langsung mikir keras untuk ngeiyain atau ngeenggakin. Karena yang aku paling bingung adalah mau bawa dia ke mana, haha.

For your information, guys, nggak banyak tempat main yang bisa bebas dikunjungi di Salatiga. Kebanyakan yang bagus adalah kulinernya. Tapi, yakali Bima aku ajakin makan terus seharian. Beberapa tempat kayak taman udah banyak di Solo, dan tempat lain kayak bukit, goa, atau air terjun agak susah dijangkau (ini lebih karena aku males ke sananya aja sih hehe). Aku udah stalking instagram berkali-kali buat cari tempat main dan hasilnya masih abu-abu.

Sampai akhirnya Bima ngechat kalau dia udah sampe dan, yaudah, aku jemputlah dia. Tujuanku yang masih abu-abu adalah ke daerah atas Kabupaten Semarang, mungkin bisa ke candi atau nemu air terjun atau mungkin ke Umbul Sidomukti yang terkenal itu. Sampai waktu aku lagi nutup pintu dan mau berangkat, adikku bilang buat jalan-jalan ke Desa Bejalen.

Hmm, Desa Bejalen. Aku kayaknya sempet baca nama itu di salah satu caption foto di instgram yang aku stalk tadi. Aku cek di google maps, dan ternyata lokasinya masuk di sana. Jadilah tujuan pertama kita adalah Desa Bejalen.

Menurut informasi dari instagram-instagram random yang aku stalk, Desa Bejalen ini semacam kampung warna di Ambarawa. Jadi, ada mural-mural di tembok-tembok yang dijadikan orang buat foto-foto. Bayanganku sih kayak yang ada di Tamansari (bisa baca di sini) gitu.

Lokasi Desa Bejalen adalah setelah Rawa Pening kalau dari arah Solo. Jadi, setelah terminal bus Bawen, belok kiri dan ikutin jalan sampai kamu lihat hamparan Rawa Pening di kiri jalan. Lurus terus aja, tapi pelan-pelan, tetap perhatikan kiri jalan sampai kamu nemu gapura bertuliskan "Desa Wisata Bejalen", masuklah ke jalan itu. Atau simply, kamu bisa pakai navigator google maps.

Aku sampai di Bejalen jam 14.00 dan masih ramai, tapi nggak yang ramai banget sampe susah jalan gitu kok. Nggak ada pintu masuk atau portal atau semacamnya, setelah masuk di gapura tadi dan lurus beberapa meter, kamu akan lihat motor parkir berjejer dan tukang parkir akan langsung ngasih tiket parkir, yang sekaligus jadi tiket buat masuk Desa Bejalen.


Biaya parkir kendaraan cuma seribu rupiah kok. Terus, tarif masuk tiap orangnya dua ribu rupiah aja. Tapi parkirannya di pinggir jalan, jadi nggak ada atapnya, berdoa aja nggak hujan biar nggak usah nyuci motor hehe. By the way, simpan baik-baik tiketnya ya, karena mas-mas tukang parkirnya akan minta tiketnya waktu kamu keluar.

Seperti namanya, Desa Warna Bejalen, banyak hal di tempat ini yang diwarnain. Mulai dari jembatan sampai tembok-tembok rumah warga. Waktu aku masuk, ada bapak-bapak warga desa yang lagi lomba tarik tambang di atas perahu. Kayaknya, itu acara buat warganya aja sih. Tapi orang-orang yang pada dateng bisa menikmati juga gitu, tapi nggak bisa ikut hehe.



Aku kurang tahu apakah kita boleh blusukan ke desanya lebih jauh apa enggak, tapi kebanyakan orang cuma foto-foto di tembok rumah-rumah warga yang ada di sekitar sungai aja. Ada beberapa jajanan masa kecil di rumah-rumah warga juga. Dan karena aku datengnya udah agak sore, jadi tempatnya nggak begitu ramai, buat foto nggak perlu antri panjang, hehe.







Setelah sampai di desa ini, Bima tiba-tiba jadi pengen ke tempat-tempat lain gitu. Aku jadi bingung lagi, haha. Karena aku sebenernya juga baru pertama kali ke sini, dan nggak tau tempat-tempat yang deket di daerah sini. Terus, aku coba stalking instagram lagi buat cari tempat-tempat di Ambarawa, dan nyari lokasinya di google maps. Tapi kebanyakan jauh semua, perlu satu-dua jam perjalanan dari Desa Bejalen. Sampai akhirnya kepikiran Museum Kereta Api. Aku coba cari rutenya kalau dari Desa Bejalen dan ternyata deket, guys. Cuma lima belas menit doang.

Akhirnya, setelah solat Ashar di masjid yang ada di Desa Bejalen, kita lanjut ke Museum Kereta Api Ambarawa.

Tapi hujan. Hehe.



Setelah sekitar satu jam nungguin hujan tanpa ngapa-ngapain, kita langsung jalan ke Museum Kereta Api Ambarawa~~

Rutenya, setelah keluar dari gapura Desa Wisata Bejalen tadi, belok kiri dan lurus aja terus, sampai ketemu sama lampu merah di perempatan yang cukup gede. Di situ belok kanan. Lurus lagi, ikutin jalan aja, sampai nemu tulisan Museum Kereta Api Ambarawa. Langsung masuk aja.

Kita nggak bayar parkir waktu masuk, melainkan nanti waktu kita mau keluar. Waktu itu udah jam 16.00 dan gerimis, museumnya sepi. Kita langsung cari pintu masuknya buat beli tiket masuk. Dan, sepanjang tempat parkir sampai pintu masuk, kita bisa lihat lokomotif-lokomotif dengan batas pagar yang bolong-bolong.





Hari itu, kita beruntung banget, sebenernya. Karena aku beberapa kali ke museum ini pas siang dan selalu sama rombongan sekolah, jadi aku nggak tahu jam operasional museum ini, hehe. Ternyata, museum ini cuma buka sampai jam 17.00. Berarti, aku sama Bima cuma bisa satu jam aja jalan-jalan muterin museum.

Sebenernya, kita bisa naik kereta juga di sini, soalnya dulunya museum ini adalah stasiun kereta, dan jalurnya masih ada sampai sekarang. Tapi ya kamu nggak bisa naik kereta ke Jakarta dari sini. Keretanya cuma kereta wisata aja, ada yang kereta biasa, ada juga yang lokomotif uap. Tapi, ya, karena udah sore, tiketnya jelas udah habis.





Yang bagus banget dari museum ini banyak banget koleksi lokomotifnya yang dipajang, mulai dari seri C sampai FF. Dan aku baru tahu bedanya seri-seri itu kemarin hehe. Jadi, bedanya ada di roda. Seri C punya 3 roda, D punya 4 roda, F punya 6 roda, dan seterusnya. Terus kalau CC punya 2 set roda yang masing-masing setnya ada 3 roda, DD punya 2 set roda yang masing-masing setnya ada 4 roda, gitu seterusnya. 

Selain itu, ada papan informasi soal kereta-kereta di Indonesia dari tahun ke tahun, yang dipasang sedemikian rupa sehingga bagus banget buat foto, hehe. Terus, bangunan stasiun dan relnya masih ada, jadi berasa banget kalau kita lagi di stasiun jaman dulu (enggak deng, soalnya stasiunnya udah dicat sedemikian rupa jadi menyerupai stasiun jaman sekarang). Dan enaknya, kita dateng sore banget, jadi museumnya udah sepi, hehe.

Bedanya dari museum kereta api di Lawang Sewu adalah di museum ini nggak disediakan cuplikan-cuplikan soal sejarah perkerta apian di Indonesia selengkap di Lawang Sewu. Tapi koleksi keretanya tetap lebih banyak di sini.
























Di dalam stasiunnya, ada semacam tempat pertemuan atau tempat makan gitu. Di sebelahnya ada kamar mandi, dan entah kenapa rasanya serem banget pas aku nengok ke kamar mandinya, hehe. Mungkin karena sepi banget. Terus di atas ruang pertemuan tadi, ada kaca yang lucu banget buat mirror selfie, hehe.




Kita bisa masuk ke beberapa kereta yang dipajang, tapi jangan bikin coret-coretan atau ngerusak interior keretanya ya.

Di dekat pintu keluar, ada spot foto lagi, yaitu tulisan I Love Ambarawa, yang dibikin kayak tulisan I Amsterdam di Belanda. Tapi tulisannya gede banget, harus dari jarak yang agak jauh kalau mau foto di tulisannya, hehe.



Perjalanan kita kemarin ditutup dengan makan batagor di Lapangan Pancasila, Salatiga, dan nganterin Bima cari bus ke Solo.

Komentar

  1. Balasan
    1. Yeay, baru ngeh ada satu comment dan seneng banget! Hehe. Terimakasih karena kegabutanmu bikin aku jadi nggak mager jalan-jalan ehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Pernah Kamu Semogakan sampai Kamu Sendiri Lupa Apa II : Selangkah Lagi Jadi Awardee LPDP

Kilas Balik 2017

Semeja Bar and Kitchen: Steak Pasar Salatiga